harga cabe selangit.
itulah judul beberapa berita utama yang terlihat dari berbagai media massa. mungkin jika kita bukan pedagang kuliner, kita tidak akan merasa pusing, apalagi frustasi. cukup berkata dalam hati " biarin aja paling makan cabe juga cuma berapa biji sehari ".
harga cabe yang semakin mahal ini pula yang kemudian memunculkan ide-ide yang sebetulnya kurang jitu. salah satunya adalah menanam sendiri agar kelak tidak peerlu membelinya lagi di pasar. atau paling tidak mengurangi jumlah belanjaan.
ada seorang pedagang bakso yang mencoba memanfaatkan lahan yang berada di depan rumah untuk ditanami cabe jenis rawit merah. dia sudah memilih bibit yang paling unggul menurut orang toko pertanian. setelah dia semai hari demi hari dia rawat dengan sabar. bahkan dia membuat semacam balai untuk sekedar duduk-duduk di pinggir jalan raya yang terlihat mulus setelah selesai diperbaiki pemerintah setempat, untuk sesekali menikmati pertumbuhan bibit-bibit cabenya.
hampir setiap malam sehabis pulang dari berjualan dia menjalani rutinitas barunya itu. sampai pada waktunya cabe itu berbuah si pemilik sudah mulai membayangkan akan lebatnya buah cabe-cabe kecil yang menggantung di ranting. tidak sabar dia ingin segera pulang dan menyaksikan sendiri hasil jerih payahnya selama ini.
tapi alangkah kagetnya dia sesampainya di rumah. malam itu pemandangan yang dilihatnya sangat jauh berbeda. jauh lebih ramai dari biasanya. semakin mendekat jantungnya semakin berdegup kencang. ada apa ini gerangan bisiknya dalam hati. setelah dia memarkirkan gerobagnya barulah dia sadar, dan teringat kan penjelasan orang toko tentang bibit yang di belinya dulu. memang benar yang dia tanam adalah bibit cabe paling super. terbukti dengan banyaknya anak muda yang berkumpul di depan rumanya sekarang ini.
ternyata bibit yang dulu di tanam sekarang sudah berbuah cabe-cabean.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar